Memahami Makna ‘Kebanyakan’ di dalam Al Quran

Biasanya seseorang yang terpengaruh dengan lingkungannya, cenderung untuk menyamakan dirinya dengan masyarakat disekitarnya. Ketika ada suatu sunnah yang tidak dikerjakan  oleh masyarakat sekitarnya, maka ia tidak berani melakukannya. Hal ini dikarenakan rasa malu, minder atau khawatir dianggap tidak bermasyarakat.

Padahal justru pada masa-masa seperti itu seseorang yang menerapkan Sunnah akan mendapatkan pahala besar, lima puluh kali lipat pahala para shahabat Rosulullah sholallohu ‘alaihi wasallam. Ini sesuai dengan sabda beliau :

“Sesungguhnya dibelakang kalian nanti ada hari-hari sabar bagi orang-orang yang pada waktu itu berpegang dengan apa yang kalian ada di atasnya. Mereka akan mendapatkan pahala lima puluh kali dari kalian. Para shahabat bertanya : ‘Wahai nabi Alloh, apakah lima puluh kali pahalanya dari mereka ?’ Beliau menjawab : ‘Bahkan dari kalian’.” [HR. Marwazi dalam As-Sunnah]

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rosulullah sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda :

“Sesungguhnya dibelakang kalian ada hari-hari dimana orang yang sabar ketika itu seperti memegang bara api. Mereka yang mengamalkan Sunnah pada hari itu akan mendapatkan pahala lima puluh kali dari kalian yang mengamalkan amalan tersebut.” Para shahabat bertanya : “Mendapatkan pahala lima puluh kali dari kita atau dari mereka ?” Rosulullah menjawab : “Bahkan lima puluh kali pahala dari kalian.”  [HR. Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Hakim. Dishohihkan oleh Imam Hakim dan disepakati oleh Dzahabi ; lihat Dlaruratul Ihtimam, Syaikh Abdus Salam bin Barjas, hal.49].

Ya, dan zaman itu telah terjadi sekarang, di mana kebenaran menjadi suatu yang asing bahkan dianggap ancaman, namun kebatilah justru diagungkan karena kebanyakan manusia yang menyuarakan. Fenomena Lady Gaga pun termasuk dalam konteks pembahasan kali ini, di mana berbagai pihak atas nama HAM dan Demokrasi menyatakan mendukung adanya konser sang aktris Juli mendatang, namun bukan berarti itu sesuatu yang baik untuk Indonesia yang basicnya mayoritas muslim.

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” [QS.al-An’am/6: 116].

Makna Ayat Secara Umum

Imam Abu Ja’far ath-Thobari rahimahullah berkata:

“Allah azza wa jalla menjelaskan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam: Wahai Muhammad, janganlah kamu taat kepada orang yang berpaling dari agama Allah, karena mereka mengajak kamu mengikuti sesembahan mereka. Jangan kamu taati mereka ketika mengajak kamu agar makan sesembelihan yang disajikan untuk tuhan-tuhan mereka, dan yang disembelih dengan menyebut nama tuhan mereka, dan jangan kamu taati perbuatan mereka yang tersesat. Jika kamu taat kepada umumnya manusia di permukaan bumi ini, pasti mereka akan menyesatkan kamu dari jalan Allah yang benar dan menghalangi kamu dari yang benar juga, karena pada saat itu mereka kufur dan tersesat. Dan jika kamu menaati mereka kamu akan seperti mereka, karena mereka tidak mengajak kamu kepada petunjuk, bahkan mereka telah jatuh kepada kesesatan karena mereka hanya mengikuti dugaan dan kira-kira belaka. Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah melarang kamu yang demikian itu karena Allah lebih tahu tentang mereka daripada kamu. Wahai Muhammad, ikutilah yang Aku perintahkan kepadamu dan tinggalkan apa yang Aku larang kepadamu dan jangan kamu menaati mereka, dan jangan kamu tinggalkan larangan mereka, karena Aku lebih tahu siapa yang mendapat petunjuk dan siapa yang tersesat.” [Tafsir ath-Thobari: 12/65].

Komentar Ulama Sunnah Tentang Mayoritas Umat

Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata:

“Kamu jangan merasa rendah diri karena menempuh jalan yang benar walaupun sedikit orang yang menempuhnya, dan kamu jangan tertipu dengan yang bathil walaupun banyak orang yang mengamalkannya.” [Minhajul Taksis wat Taqdis fi Kasfi Syubuhat, Dawud bin Jarjis: 1/84]

Imam Baidhowi rahimahullah berkata:

“Yang dimaksud dengan umumnya manusia adalah orang-orang kafir atau orang-orang bodoh tentang agama atau pengikut hawa nafsu.” [Tafsir al-Baidhowi: 2/199]

Syaikh Abdurrohman as-Sa’di rahimahullah berkata:

“Ayat ini menjelaskan bahwa kebenaran itu bukan karena banyak pendukungnya, dan kebathilan itu bukan karena orang yang mengerjakannya sedikit. Kenyataannya yang mengikuti kebenaran hanya sedikit, sedangkan yang mengikuti kemungkaran banyak sekali. Kewajiban bagi umat Islam adalah mengetahui yang benar dan bathil, lihatlah jalan yang ditempuh.” [Tafsir al-Karimur Rohman: 1/270]

Syaikh Ibnu Baz rahimahullah berkata:

“Orang yang berakal sehat jangan tertipu dengan kebanyakan manusia, karena kebenaran tidak ditentukan karena banyak orang yang berbuat, akan tetapi kebenaran adalah syariat Allah azza wa jalla yang diturunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” [Majmu’ Fatawa wa Maqolat Ibnu Baz: 1/231]

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah ditanya:

“Sebagian menusia jika dilarang dari perbuatannya yang menyimpang dari ajaran syariat Islam atau menyimpang dari adab Islam berargumen umumnya manusia mengerjakannya. Jika demikian, bagaimana kita menjawabnya? Mayoritas bukanlah dasar kebenaran, karena Allah azza wa jalla berfirman;

وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الأرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلا يَخْرُصُونَ

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).”

[QS.al-An’am/6: 116]

وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ

Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya. [QS. Yusuf : 103]

Sedangkan tolak ukur kebenaran jika Allah azza wa jalla berfirman dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, atau ulama salafush sholih yang berfatwa.” [Majmu’ Fatawa wa Rosa’il, Ibnu Utsaimin: 3/103]

Selanjutnya beliau rahimahullah berkata: “Hendaknya kita tidak tertipu dengan mayoritas, karena mayoritas kadang kala tersesat seperti ayat diatas (QS.al-An’am/6:116). Dari sisi lain, jika manusia tertipu dengan mayoritas sehingga dia menduga bahwa dialah yang menang, inilah penyebab manusia menjadi hina. Kamu jangan berkata: Semua manusia berbuat demikian, mengapa kami sendiri yang tidak? Kamu jangan tertipu dengan mayoritas, jangan tertipu dengan umumnya orang yang hancur akidah dan akhlaknya sehingga kamu hancur bersama mereka, dan janganlah kamu tertipu dengan orang yang sukses, sehingga kamu termasuk orang yang sombong, sehingga kamu tinggalkan golongan yang sedikit, sebab boleh jadi yang sedikit itu lebih baik dari pada yang mayoritas.” [al-Qoulul Mufid ala Kitabut Tauhid: 1/7].

Referensi lain dalam Al Quran : 2:243, 3:110, 4:114, 5:49, 5:59, 5:71, 5:77, 5:80, 5:81, 6:119, 7:17, 7:102, 7:179, 10:36, 10:55, 11:17, 13:1, 14:36, 16:83, 17:89, 23:70, 25:44, 25:50, 29:63, 31:25, 34:28, 34:36, 34:41, 36:7, 40:59, 40:61, 41:4, 43:78.

Leave a comment